Selasa, 27 November 2007

Albert Einstein The Nobel Prize in Physics 1921

Albert Einstein was born at Ulm, in Württemberg, Germany, on March 14, 1879. Six weeks later the family moved to Munich, where he later on began his schooling at the Luitpold Gymnasium. Later, they moved to Italy and Albert continued his education at Aarau, Switzerland and in 1896 he entered the Swiss Federal Polytechnic School in Zurich to be trained as a teacher in physics and mathematics. In 1901, the year he gained his diploma, he acquired Swiss citizenship and, as he was unable to find a teaching post, he accepted a position as technical assistant in the Swiss Patent Office. In 1905 he obtained his doctor's degree.

During his stay at the Patent Office, and in his spare time, he produced much of his remarkable work and in 1908 he was appointed Privatdozent in Berne. In 1909 he became Professor Extraordinary at Zurich, in 1911 Professor of Theoretical Physics at Prague, returning to Zurich in the following year to fill a similar post. In 1914 he was appointed Director of the Kaiser Wilhelm Physical Institute and Professor in the University of Berlin. He became a German citizen in 1914 and remained in Berlin until 1933 when he renounced his citizenship for political reasons and emigrated to America to take the position of Professor of Theoretical Physics at Princeton*. He became a United States citizen in 1940 and retired from his post in 1945.

After World War II, Einstein was a leading figure in the World Government Movement, he was offered the Presidency of the State of Israel, which he declined, and he collaborated with Dr. Chaim Weizmann in establishing the Hebrew University of Jerusalem.

Einstein always appeared to have a clear view of the problems of physics and the determination to solve them. He had a strategy of his own and was able to visualize the main stages on the way to his goal. He regarded his major achievements as mere stepping-stones for the next advance.

At the start of his scientific work, Einstein realized the inadequacies of Newtonian mechanics and his special theory of relativity stemmed from an attempt to reconcile the laws of mechanics with the laws of the electromagnetic field. He dealt with classical problems of statistical mechanics and problems in which they were merged with quantum theory: this led to an explanation of the Brownian movement of molecules. He investigated the thermal properties of light with a low radiation density and his observations laid the foundation of the photon theory of light.

In his early days in Berlin, Einstein postulated that the correct interpretation of the special theory of relativity must also furnish a theory of gravitation and in 1916 he published his paper on the general theory of relativity. During this time he also contributed to the problems of the theory of radiation and statistical mechanics.

In the 1920's, Einstein embarked on the construction of unified field theories, although he continued to work on the probabilistic interpretation of quantum theory, and he persevered with this work in America. He contributed to statistical mechanics by his development of the quantum theory of a monatomic gas and he has also accomplished valuable work in connection with atomic transition probabilities and relativistic cosmology.

After his retirement he continued to work towards the unification of the basic concepts of physics, taking the opposite approach, geometrisation, to the majority of physicists.

Einstein's researches are, of course, well chronicled and his more important works include Special Theory of Relativity (1905), Relativity (English translations, 1920 and 1950), General Theory of Relativity (1916), Investigations on Theory of Brownian Movement (1926), and The Evolution of Physics (1938). Among his non-scientific works, About Zionism (1930), Why War? (1933), My Philosophy (1934), and Out of My Later Years (1950) are perhaps the most important.

Albert Einstein received honorary doctorate degrees in science, medicine and philosophy from many European and American universities. During the 1920's he lectured in Europe, America and the Far East and he was awarded Fellowships or Memberships of all the leading scientific academies throughout the world. He gained numerous awards in recognition of his work, including the Copley Medal of the Royal Society of London in 1925, and the Franklin Medal of the Franklin Institute in 1935.

Einstein's gifts inevitably resulted in his dwelling much in intellectual solitude and, for relaxation, music played an important part in his life. He married Mileva Maric in 1903 and they had a daughter and two sons; their marriage was dissolved in 1919 and in the same year he married his cousin, Elsa Löwenthal, who died in 1936. He died on April 18, 1955 at Princeton, New Jersey.

From Nobel Lectures, Physics 1901-1921, Elsevier Publishing Company, Amsterdam, 1967

This autobiography/biography was first published in the book series Les Prix Nobel. It was later edited and republished in Nobel Lectures. To cite this document, always state the source as shown above.


* Albert Einstein was formally associated with the Institute for Advanced Study located in Princeton, New Jersey.

Albert Einstein

Albert Einstein (14 Maret 187918 April 1955) adalah seorang ilmuwan fisika teoretis yang dipandang luas sebagai ilmuwan terbesar dalam abad ke-20. Dia mengemukakan teori relativitas dan juga banyak menyumbang bagi pengembangan mekanika kuantum, mekanika statistik, dan kosmologi. Dia dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Fisika pada tahun 1921 untuk penjelasannya tentang efek fotoelektrik dan "pengabdiannya bagi Fisika Teoretis".

Setelah teori relativitas umum dirumuskan, Einstein menjadi terkenal ke seluruh dunia, pencapaian yang tidak biasa bagi seorang ilmuwan. Di masa tuanya, keterkenalannya melampaui ketenaran semua ilmuwan dalam sejarah, dan dalam budaya populer, kata Einstein dianggap bersinonim dengan kecerdasan atau bahkan jenius. Wajahnya merupakan salah satu yang paling dikenal di seluruh dunia.

Pada tahun 1999, Einstein dinamakan "Tokoh Abad Ini" oleh majalah Time. Kepopulerannya juga membuat nama "Einstein" digunakan secara luas dalam iklan dan barang dagangan lain, dan akhirnya "Albert Einstein" didaftarkan sebagai merk dagang.

Untuk menghargainya, sebuah satuan dalam fotokimia dinamai einstein, sebuah unsur kimia dinamai einsteinium, dan sebuah asteroid dinamai 2001 Einstein.

Rumus Einstein yang paling terkenal adalah (lihat E=mc²):

 E = mc^2 \!

About Cecil

Mariah Carey

Mariah Carey (lahir 27 Maret 1970 di New York) adalah penyanyi, penulis lagu, produser dan terkadang aktris asal Amerika Serikat. Ia memulai debutnya tahun 1990 di bawah bimbingan eksekutif Columbia Records, Tommy Mottola, dan kemudian menjadi penyanyi paling sukses pada dasawarsa itu, menurut majalah Billboard dan World Music Awards. Mariah Carey memulai debut album pertamanya tahun 1990 dengan album berjudul Vision of love yang menelorkan 4 hits #1 di amerika antara lain Vision of love, Someday, I Don't Want Cry, dan Love Takes Time. Dari ke-4 singel #1 yang dicetak oleh Mariah di album perdananya, Mariah kurang menyukai lagunya yang berjudul "Love Takes Time", karena dia merasa mendapat tekanan dari pihak perusahaan. mariah sebenarnya menginginkan menciptakan lagu yang agak berbeda, tapi pihak perusahaan mendesak Mariah agar membuat lagu yang lebih mendayu-dayu dan sendu, maka oleh sebab itu terciptalah love takes time, oleh sebab itu Mariah kurang menyukai lagu tersebut, karena dia merasa mendapat tekanan dan merasa bahwa kebebasannya untuk berekspresi dikekang oleh perusahaan. Kemudian di tahun 1997 dia meluncurkan album Butterfly dengan singel honey sebagai hit andalan nya dan langsung menjadi debut nomor satu di billboard 100 hot chart. Album ini merupakan awal dari kebebasan Mariah, karena dengan album ini dia melakukan metamorfosis yang sangat berbeda dari album-album sebelumnya. Dia melakukan perubahan dari bermusiknya hingga penampilannya, yang lebih seksi dan penuh gairah. Di album ini nuansa R&B nya begitu kental, sehingga sangat berbeda dengan nuansa album-album sebelumnya. Pada album ini Mariah mengeluarkan singel hit #1 yaitu Honey ,dan My All. Walaupun begitu lagi-lagi Mariah menemukan ganjalan dari kebebasan berekspresinya, perusahaan tidak mengijinkan Mariah untuk mengeluarkan singel Breakedown, padahal itu merupakan salah satu singel kesukaan Mariah. Tapi walaupun begitu album Butterfly ini, merupakan album favoritnya sampai saat ini, karena album ini menandai kebebasan ekspresinya. Tapi karir bermusiknya semakin padam setelah meluncurkan album Glitter, kehidupan pribadinya pun berantakan. Tapi ditahun 2005 , Mariah carey meluncurkan album THE EMANCIPATION OF MIMI, album ini merupakan salah satu wujud kembalinya sang diva. Dengan menelorkan hit-hit andalan #1 di Billboard Chart 100 Hot seperti Dont' Forget About Us dan We Belong Together. Dengan We Belong Together , dia memecahkan record untuk singel yang paling banyak di airplay di Amerika. We Belong Together juga mejadi #1 hit di berbagai negara. Dengan #1 hit We Belong Tother membuktikan bahwa Mariah masih eksis dan memiliki pengaruh di industri musik. Dengan We Belong Together naiklah lagi kepamoran sang diva, hal tersebut dapat nampak dengan penjualan albumnya yang terlaris pada tahun 2005 di Amerika dengan menjual lebih dari 5 juta kopi album di tahun tersebut, terlaris ke-2 adalah album dari 50cent yang bernama The Massacre . "The Emancipation of Mimi" meraih tiga Grammy Awards 2006 dari delapan nominasi yaitu untuk kategori 'Best R&B Vocal Performance - Female', 'Best R&B Song' dan 'Best Contemporary R&B Album'. Ini merupakan momen-momen kembalinya sang diva ke puncak industri musik. Dan dengan kembalinya Mariah kepuncak industri hiburan maka di tahun 2007 ia bersiap untuk kembali berakting ke layar lebar. Pada tahun 2007 tersiar kabar, Mariah Carey akan meluncurkan dua album baru yaitu "Illusion: The Butterfly Within" -yang akan keluar sekitar musim semi nanti, dan album soundtrack dari film yang akan ia bintangi "Tennessee". Film "Tennessee" (disutradarai oleh Aaron Woodley) menurut rencana mulai syuting bulan Januari 2007 namun belum ada kabar kapan akan dirilis di bioskop.

Michael jordan

Michael Jeffrey Jordan (lahir 17 Februari 1963 di Brooklyn, New York, Amerika Serikat) adalah pemain bola basket profesional asal Amerika. Ia merupakan pemain terkenal di dunia dalam cabang olahraga itu. Setidaknya, enam kali merebut kejuaraan NBA bersama kelompok Chicago Bulls (1991-1993, 1996-1998). Ia memiliki tinggi badan 198 cm dan merebut gelar pemain terbaik.
ia mulai berkarier di NBA pada 1984 dan bergabung dengan klub Chicago Bulls hingga 1998. Selama kariernya, ia telah mengoleksi enam gelar juara dan lima kali ditunjuk sebagai MVP reguler. Pemilik nama terkenal Air Jordan ini pensiun dari dunia basket pada 2003 setelah dua tahun bergabung dengan Washington Wizards. Setelah itu, ia menjadi pengusaha. Selain tercatat sebagai pemilik Bobcats, Jordan sibuk dengan bisnis properti.

Sean Elliott

Sean Michael Elliott (lahir 2 February 1968 di Tucson, Arizona) adalah seorang mantan pemain National Basketball Association (NBA).

Elliott bermain bola basket tingkat SMU untuk Cholla High School di Tucson, dan tingkat universitas di University of Arizona, di bawah asuhan pelatih Lute Olson, dan memenangkan penghargaan Wooden Award (sebagai pemain bola basket tingkat universitas terbaik) setelah bermain luar biasa pada tahun akhirnya di perguruan tinggi.

Elliott dipilih oleh klub NBA San Antonio Spurs pada ronde pertama pemilihan di tahun 1989. Ia menghabiskan mayoritas kariernya dengan klub tersebut, kecuali pada musim 1993-1994 dimana ia bermain untuk Detroit Pistons. Ia adalah pemain penting bagi Spurs dalam usaha klub tersebut meraih juara NBA di tahun 1999: ia menggunakan sudut di sisi kanan dan meluncurkan tembakan tiga angka untuk mengalahkan klub Portland Trail Blazers di pertandingan kedua dalam final NBA Wilayah Barat. Tembakan ini, yang mendapatkan julukan "Memorial Day Miracle", merubah momentum seri final tersebut untuk keuntungan Spurs.

Tak lama setelah kejuaraan tersebut, Elliott mengumumkan bahwa dirinya bermain bola basket sembari menderita penyakit ginjal, yakni focal segmental glomerular sclerosis, dan bahwa dirinya membutuhkan transplant ginjal. Ia menjalani oeprasi transplant tersebut pada tanggal 16 Agustus 1999, menerima ginjal transplant dari saudaranya, Noel. Pada tanggal 13 Maret 2000, ia menjadi pemain NBA pertama yang kembali bermain setelah operasi transplant ginjal. Ia akhirnya mengakhiri kariernya di NBA di tahun 2001.

Elliott pernah mencetak 41 poin, angka tertinggi dalam kariernya, ketika Spurs berhadapan dengan Dallas Mavericks pada tanggal 18 Desember 1992. Ia mengakhiri kariernya dengan angka rata-rata 14,2 poin per game, 4,3 rebound per game dan 2,6 assist per game. Ia adalah pencetak tembakan tiga angka (563) dan pencoba tembakan tiga angka (1.485) terbanyak dalam sejarah Spurs. Ia juga satu-satunya pemain di dalam sejarah Spurs yang terdaftar dalam 10 pemain puncak untuk enam kategori, yakni jumlah pertandingan dimainkan (ketiga, 669), jumlah total poin sepanjang karier (keempat, 9.659), jumlah rebound (keenam, 2.941), jumlah assist (ketujuh, 1.700), jumlah steal (kedelapan, 522) dan jumlah blok (kesembilan, 257).

Setelah pensiun sebagai pemain, Elliott pernah menjadi analis bola basket NBA untuk stasiun TV NBC, ABC dan ESPN. Ia meninggalkan posisi tersebut pada akhir musim 2004-2005 dan kemudian menjadi penyiar pertandingan bola basket untuk siaran lokal klub Spurs.

Pada tanggal 6 Maret 2005, Sean Elliott menerima penghargaan seumur hidup dari klub San Antonio Spurs dengan menggantungkan seragam Spurs-nya yang bernomor punggung 32 di langit-langit AT&T Center, stadion klub bola basket tersebut.

Peristiwa Kemerdekaan

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Jumat, 17 Agustus 1945 Tahun Masehi, atau 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, atau 17 Ramadan 1365 Tahun Hijriah dibacakan oleh Ir. Soekarno yang didampingi oleh Drs. Muhammad Hatta di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini, Jakarta Pusat.

Latar belakang
Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima di Jepang, oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian BPUPKI berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.

Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Syahrir memberitahu penyair Chairil Anwar tentang dijatuhkannya bom atom di Nagasaki dan bahwa Jepang telah menerima ultimatum dari Sekutu untuk menyerah. Syahrir mengetahui hal itu melalui siaran radio luar negeri, yang ketika itu terlarang. Berita ini kemudian tersebar di lingkungan para pemuda terutama para pendukung Syahrir.

Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.[1] Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.

Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.

Sementara itu Syahrir menyiapkan pengikutnya yang bakal berdemonstrasi dan bahkan mungkin harus siap menghadapi bala tentara Jepang dalam hal mereka akan menggunakan kekerasan. Syahrir telah menyusun teks proklamasi dan telah dikirimkan ke seluruh Jawa untuk dicetak dan dibagi-bagikan.

Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang.

Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Belanda. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.

Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.

Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Maeda, di Jalan Imam Bonjol no. 1. Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 malam 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan UUD yang sehari sebelumnya telah disiapkan Hatta.

Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pengikut Syahrir. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi peristiwa Rengasdengklok.